Latar Belakang Musik Indie Indonesia Era 2000-an
Latar belakang musik indie Indonesia era 2000-an ditandai oleh gelombang kreativitas yang membebaskan diri dari mainstream. Bermodal demo tape dan distribusi terbatas, band-band lokal jadul dari semua genre mulai bermunculan, menciptakan suara-suara autentik yang menjadi arsip berharga. Gerakan bawah tanah ini, yang sering kali mengandalkan jaringan komunitas dan internet awal, meletakkan fondasi bagi landscape musik alternatif yang kaya dan beragam, mengabadikan nada-nada zaman dulu yang penuh semangat do-it-yourself.
Definisi dan Ciri Khas Band Indie Lokal
Latar belakang musik indie Indonesia era 2000-an tidak dapat dipisahkan dari semangat do-it-yourself (DIY) yang menggebu. Bermodal demo tape yang direkam secara independen dan distribusi terbatas, band-band lokal jadul dari semua genre—mulai dari rock, punk, hingga elektronika—mulai menancapkan eksistensinya di luar jalur industri musik besar. Gerakan bawah tanah ini tumbuh subur berkat jaringan komunitas yang solid, pertunjukan di ruang-ruang alternatif, dan kemudian dimudahkan oleh kemunculan internet awal, menciptakan sebuah arsip musik yang otentik dan berharga.
Definisi band indie lokal pada masa itu lebih dari sekadar status label; ia merupakan sebuah filosofi. Band indie adalah entitas yang memproduksi, mendistribusikan, dan mempromosikan karya mereka secara mandiri, membebaskan diri dari kontrol kreatif dan target komersial label major. Ciri khasnya terletak pada suara yang kasar, jujur, dan sering kali eksperimental, merefleksikan energi zaman dan kondisi sosial dengan cara yang belum terjamah oleh kepentingan pasar. Nada-nada zaman dulu dari band jadul ini menjadi dokumen sejarah yang merekam denyut nadi kreativitas murni suatu era.
Peran Internet dan Media Digital Awal (Friendster, Multiply)
Latar belakang musik indie Indonesia era 2000-an tidak dapat dipisahkan dari semangat do-it-yourself (DIY) yang menggebu. Bermodal demo tape yang direkam secara independen dan distribusi terbatas, band-band lokal jadul dari semua genre—mulai dari rock, punk, hingga elektronika—mulai menancapkan eksistensinya di luar jalur industri musik besar.
Peran internet dan media digital awal seperti Friendster dan Multiply sangat sentral dalam membentuk ekosistem ini. Platform-platform ini menjadi ruang virtual pertama yang mempertemukan musisi, komunitas, dan pendengar secara massal. Band-band indie menggunakan Friendster untuk mempromosikan diri, membangun jaringan pertemanan dengan fans, dan mengumumkan jadwal gigs.
Sementara Multiply berfungsi sebagai pusat arsip digital yang vital. Band-band jadul mengunggah lagu (MP3), lirik, foto, dan poster konser mereka di sana, menciptakan perpustakaan online pertama untuk musik lokal lawas. Platform ini memungkinkan distribusi dan dokumentasi yang sebelumnya mustahil, melestarikan nada-nada zaman dulu untuk ditemukan kembali.
Komunitas dan Lokal Scene sebagai Tulang Punggung
Latar belakang musik indie Indonesia era 2000-an tidak dapat dipisahkan dari semangat do-it-yourself (DIY) yang menggebu. Bermodal demo tape yang direkam secara independen dan distribusi terbatas, band-band lokal jadul dari semua genre—mulai dari rock, punk, hingga elektronika—mulai menancapkan eksistensinya di luar jalur industri musik besar.
Komunitas dan lokal scene berperan sebagai tulang punggung gerakan ini. Mereka menyediakan ekosistem vital mulai dari penyelenggaraan gigs di ruang terbatas, distribusi fisik kaset dan CD-R, hingga membangun jaringan fanbase yang loyal. Setiap kota memiliki scenenya masing-masing dengan karakter unik, menciptakan sebuah jaringan bawah tanah yang saling terhubung dan saling mendukung.
Platform digital awal seperti Friendster dan Multiply menjadi tulang punggung virtual bagi arsip band lokal jadul. Friendster berfungsi sebagai panggung promosi utama untuk mengumumkan jadwal konser dan terhubung dengan fans, sementara Multiply menjadi museum digital tempat band-band mengarsipkan lagu dalam format MP3, lirik, dan dokumentasi visual, sehingga melestarikan nada-nada zaman dulu untuk generasi selanjutnya.
Arsip dari band indie lama ini merupakan dokumen sejarah yang tak ternilai. Karya-karya mereka, yang sering kali direkam dengan produksi minimalis, menangkap energi mentah dan kondisi sosial zaman tersebut. Koleksi demo tape, rilisan terbatas, dan bootleg konser dari semua genre ini membentuk sebuah perpustakaan otentik yang menjadi fondasi bagi landscape musik alternatif Indonesia yang kaya dan beragam.
Band Indie Legendaris dan Genre Mereka
Dunia musik Indonesia menyimpan harta karun band indie legendaris yang merajai berbagai genre dengan suara khasnya. Dari gemuruh rock yang menggugah, energi punk yang memberontak, hingga eksperimen elektronik yang futuristik, setiap band jadul ini mengukir sejarahnya sendiri di luar jalur mainstream. Nada-nada zaman dulu mereka, yang diarsipkan melalui demo tape dan distribusi terbatas, menjadi fondasi otentik dari landscape musik alternatif yang kaya dan beragam, mencerminkan semangat do-it-yourself yang membentuk era kreativitas bawah tanah.
Pop Melankolis: The Upstairs, Mocca
Dunia musik indie Indonesia era 2000-an melahirkan banyak band legendaris dengan warna suara yang khas, termasuk dalam genre pop melankolis yang mampu menyentuh hati. Dua nama yang menonjol adalah The Upstairs dan Mocca, yang meski berbeda pendekatan, sama-sama menciptakan karya yang menjadi arsip berharga dari zaman tersebut.
- The Upstairs: Band asal Bandung ini menggabungkan elemen rock alternatif, pop, dan elektronika dengan lirik yang dalam dan vokal yang penuh perasaan, menciptakan aliran melancholic rock mereka yang khas.
- Mocca: Beraliran indie pop dengan sentuhan jazz, swing, dan retro, musik Mocca terasa ceria namun sering kali dibalut oleh lirik-lirik yang nostalgik dan melankolis, menawarkan suasana yang berbeda.
Rock & Alternatif: Sore, Pure Saturday, The S.I.G.I.T.
Dunia musik indie Indonesia era 2000-an melahirkan banyak band legendaris dengan warna suara yang khas, termasuk dalam genre pop melankolis yang mampu menyentuh hati. Dua nama yang menonjol adalah The Upstairs dan Mocca, yang meski berbeda pendekatan, sama-sama menciptakan karya yang menjadi arsip berharga dari zaman tersebut.
The Upstairs dari Bandung menggabungkan elemen rock alternatif, pop, dan elektronika dengan lirik yang dalam dan vokal yang penuh perasaan, menciptakan aliran melancholic rock mereka yang khas.
Mocca menawarkan sesuatu yang berbeda dengan aliran indie pop yang dipengaruhi jazz, swing, dan nuansa retro. Musik mereka terasa ceria namun sering kali dibalut oleh lirik-lirik yang nostalgik dan melankolis.
Elektronika & Eksperimental: White Shoes & The Couples Company, Homogenic
White Shoes & The Couples Company berdiri sebagai salah satu band indie paling legendaris yang menyegarkan kembali musik lokal lawas dengan pendekatan yang cerdas dan stylish. Bermula dari era 2000-an, mereka mengusung genre yang unik: perpaduan elegan antara pop lounge, jazz, disko era 70-an, dan rock ringan, yang sering kali dibalut dengan nuansa elektronika yang catchy. Suara mereka langsung dapat dikenali berkat aransemen yang cermat, melodi yang memikat, dan vokal Mimi Peri yang khas, menciptakan karya yang terdengar segar namun nostalgia.
Di ranah yang lebih eksperimental, Homogenic menawarkan perjalanan sonik yang sama sekali berbeda. Band ini menjadi pionir dalam menggabungkan elemen elektronika gelap, post-punk, dan industrial dengan intensitas yang tinggi. Musik mereka sering kali menghadirkan atmosfer yang suram, dinamis, dan penuh distorsi, membangun landscape suara yang futuristik namun tetap berakar kuat pada energi bawah tanah era mereka. Karya-karya Homogenic merupakan arsip berharga dari sisi paling eksperimental dan avant-garde dari nada zaman dulu.
Skala & Punk: Marjinal, Superman Is Dead
Di antara band indie legendaris yang membentuk nada zaman dulu, Superman Is Dead (SID) dari Bali berdiri sebagai ikon genre punk rock yang paling berpengaruh. Dengan energi pemberontakan yang tinggi dan lirik yang kritis, musik mereka menjadi suara generasi yang menantang status quo. SID mengarsipkan semangat perlawanan dan kebebasan kreatif era bawah tanah 2000-an melalui rilisan independen yang menjadi fondasi bagi scene punk Indonesia.
Pada spektrum yang lebih ekstrem, Marjinal dari Jakarta mengusung genre street punk/hardcore dengan visi yang lebih radikal. Musik mereka keras, cepat, dan penuh amarah, berfungsi sebagai medium protes sosial dan kritik politik yang blak-blakan. Sebagai bagian dari arsip band lokal jadul, karya-karya Marjinal merekam kondisi sosial zaman dengan produksi yang sengaja minimal dan kasar, mencerminkan estetika do-it-yourself yang paling murni dan tanpa kompromi.
Warisan dan Pengaruh “Nada Zaman Dulu”
Warisan band indie lokal jadul “Nada Zaman Dulu” membentuk fondasi tak ternilai bagi landscape musik alternatif Indonesia. Karya-karya mereka, yang diarsipkan melalui demo tape dan distribusi terbatas, bukan hanya menyimpan suara autentik suatu era tetapi juga terus mempengaruhi estetika dan semangat do-it-yourself generasi musisi berikutnya, melestarikan denyut nadi kreativitas bawah tanah yang penuh energi mentah dan kebebasan berekspresi.
Dampak pada Musisi dan Band Indie Masa Kini
Warisan band indie lokal jadul “Nada Zaman Dulu” membentuk fondasi tak ternilai bagi landscape musik alternatif Indonesia. Karya-karya mereka, yang diarsipkan melalui demo tape dan distribusi terbatas, bukan hanya menyimpan suara autentik suatu era tetapi juga terus mempengaruhi estetika dan semangat do-it-yourself generasi musisi berikutnya, melestarikan denyut nadi kreativitas bawah tanah yang penuh energi mentah dan kebebasan berekspresi.
Pengaruh arsip band lokal jadul ini terhadap musisi dan band indie masa kini sangatlah nyata dan dapat dilihat dari beberapa aspek:
- Estetika Produksi Lo-fi: Semangat do-it-yourself dengan produksi minimal dan kasar kini diadopsi sebagai pilihan estetika untuk menciptakan nuansa yang autentik, jujur, dan berkarakter, berbeda dengan produksi komersial yang terlalu bersih.
- Kemandirian dan Distribusi Digital: Filosofi mandiri dalam produksi dan distribusi yang dulu dilakukan melalui kaset dan CD-R, kini diteruskan melalui platform digital seperti Bandcamp, SoundCloud, dan YouTube, memungkinkan musisi modern mengontrol karya mereka sepenuhnya.
- Eksperimentasi Genre: Kebebasan bereksperimen dengan berbagai genre tanpa takut tidak laik pasar, yang menjadi ciri khas era tersebut, menginspirasi band masa kini untuk terus menciptakan amalgamasi suara yang unik dan tidak terikat pada satu aliran.
- Jaringan Komunitas: Model jaringan komunitas yang solid untuk menyelenggarakan gigs dan saling mendukung, tetap menjadi tulang punggung scene indie modern, meski kini diperkuat oleh media sosial dan aplikasi pesan.
- Arsip sebagai Sumber Inspirasi: Karya-karya lawas yang terarsipkan secara digital menjadi sumber inspirasi dan referensi sonik yang penting bagi musisi muda untuk mempelajari akar musik independen Indonesia.
Kelanggengan Lagu dan Album di Platform Streaming
Warisan band indie lokal jadul “Nada Zaman Dulu” membentuk fondasi tak ternilai bagi landscape musik alternatif Indonesia. Karya-karya mereka, yang diarsipkan melalui demo tape dan distribusi terbatas, bukan hanya menyimpan suara autentik suatu era tetapi juga terus mempengaruhi estetika dan semangat do-it-yourself generasi musisi berikutnya.
Pengaruh arsip band lokal jadul ini terhadap musisi dan band indie masa kini sangatlah nyata. Semangat do-it-yourself dengan produksi minimal dan kasar kini diadopsi sebagai pilihan estetika untuk menciptakan nuansa yang autentik dan berkarakter. Filosofi mandiri dalam produksi dan distribusi yang dulu dilakukan melalui kaset dan CD-R, kini diteruskan melalui platform digital modern, memungkinkan musisi mengontrol karya mereka sepenuhnya.
Kelanggengan lagu dan album di platform streaming memberikan kehidupan baru bagi arsip berharga ini. Platform seperti Spotify, YouTube, dan Bandcamp menjadi museum digital yang mengabadikan nada-nada zaman dulu, membuatnya dapat diakses oleh pendengar lama dan ditemukan oleh generasi baru. Ketersediaan ini memastikan bahwa energi mentah, eksperimentasi genre, dan denyut nadi kreativitas bawah tanah era 2000-an tidak terlupakan.
Dengan demikian, platform streaming tidak hanya mengarsipkan sejarah tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan warisan musik indie jadul dengan perkembangan musik kontemporer, memastikan pengaruhnya terus mengalir dan menginspirasi tanpa henti.
Reuni dan Comeback: Nostalgia vs Kelanjutan Karier
Warisan band indie lokal jadul “Nada Zaman Dulu” membentuk fondasi tak ternilai bagi landscape musik alternatif Indonesia. Karya-karya mereka, yang diarsipkan melalui demo tape dan distribusi terbatas, bukan hanya menyimpan suara autentik suatu era tetapi juga terus mempengaruhi estetika dan semangat do-it-yourself generasi musisi berikutnya, melestarikan denyut nadi kreativitas bawah tanah yang penuh energi mentah dan kebebasan berekspresi.
Pengaruh arsip band lokal jadul ini terhadap musisi dan band indie masa kini sangatlah nyata dan dapat dilihat dari beberapa aspek:
- Estetika Produksi Lo-fi: Semangat do-it-yourself dengan produksi minimal dan kasar kini diadopsi sebagai pilihan estetika untuk menciptakan nuansa yang autentik, jujur, dan berkarakter.
- Kemandirian dan Distribusi Digital: Filosofi mandiri dalam produksi dan distribusi yang dulu dilakukan melalui kaset dan CD-R, kini diteruskan melalui platform digital seperti Bandcamp dan SoundCloud.
- Eksperimentasi Genre: Kebebasan bereksperimen dengan berbagai genre tanpa takut tidak laik pasar menginspirasi band masa kini untuk menciptakan amalgamasi suara yang unik.
- Jaringan Komunitas: Model jaringan komunitas yang solid untuk menyelenggarakan gigs dan saling mendukung, tetap menjadi tulang punggung scene indie modern.
- Arsip sebagai Sumber Inspirasi: Karya-karya lawas yang terarsipkan secara digital menjadi sumber inspirasi dan referensi sonik yang penting bagi musisi muda.
Fenomena reuni dan comeback band-band lawas ini pun menghadirkan dinamika antara nostalgia dan kelanjutan karier. Di satu sisi, reuni memenuhi kerinduan fans lama dan memperkenalkan warisan musik ini kepada pendengar baru. Namun, di sisi lain, tantangannya adalah untuk tidak hanya sekadar menghidupkan kenangan, tetapi juga menawarkan sesuatu yang relevan dan baru, sehingga karier musik mereka tidak hanya menjadi sekadar relik masa lalu tetapi terus bernapas dan berkembang.
Arsip Digital: Menyelamatkan Memori Musik
Arsip digital memainkan peran krusial dalam menyelamatkan memori kolektif dari band indie lama dan musik lokal lawas “Nada Zaman Dulu & Arsip Band Lokal Jadul Semua Genre”. Karya-karya yang lahir dari semangat do-it-yourself era 2000-an ini, yang terancam punah dalam format fisiknya, menemukan kehidupan baru dan keabadian dalam bentuk digital. Melalui upaya pengarsipan, suara autentik, energi mentah, dan denyut nadi kreativitas bawah tanah dari berbagai genre berhasil dilestarikan untuk dinikmati dan dipelajari oleh generasi sekarang dan mendatang.
Peran Kanal YouTube dan Blog Khusus
Arsip digital memainkan peran krusial dalam menyelamatkan memori kolektif dari band indie lama dan musik lokal lawas “Nada Zaman Dulu & Arsip Band Lokal Jadul Semua Genre”. Karya-karya yang lahir dari semangat do-it-yourself era 2000-an ini, yang terancam punah dalam format fisiknya, menemukan kehidupan baru dan keabadian dalam bentuk digital.
Kanal YouTube dan blog khusus telah menjadi pilar utama dalam misi penyelamatan ini. Mereka berfungsi sebagai museum dan perpustakaan virtual yang tidak hanya mengumpulkan tetapi juga mengkurasi memori musik tersebut.
- Kanal YouTube menjadi pusat penyimpanan untuk audio visual seperti video klip lawas, rekaman konser, dan lyric video yang sudah sulit ditemukan.
- Blog khusus berperan sebagai pusat dokumentasi yang menyimpan cerita, sejarah band, scan artikel zine, lirik, dan foto-foto era tersebut.
- Platform ini memungkinkan regenerasi penikmat, dimana generasi baru dapat menemukan dan mengapresiasi karya-karya jadul tersebut.
- Mereka juga menciptakan komunitas online baru bagi para pencinta musik lawas untuk berinteraksi dan berbagi kenangan.
- Upaya ini memastikan bahwa warisan kreativitas bawah tanah dengan segala energi mentah dan kejujuannya tidak terlupakan oleh zaman.
Proyek Pengarsipan Komunitas
Arsip digital memainkan peran krusial dalam menyelamatkan memori kolektif dari band indie lama dan musik lokal lawas “Nada Zaman Dulu & Arsip Band Lokal Jadul Semua Genre”. Karya-karya yang lahir dari semangat do-it-yourself era 2000-an ini, yang terancam punah dalam format fisiknya, menemukan kehidupan baru dan keabadian dalam bentuk digital.
Kanal YouTube dan blog khusus telah menjadi pilar utama dalam misi penyelamatan ini. Mereka berfungsi sebagai museum dan perpustakaan virtual yang tidak hanya mengumpulkan tetapi juga mengkurasi memori musik tersebut. Kanal YouTube menjadi pusat penyimpanan untuk audio visual seperti video klip lawas, rekaman konser, dan lyric video yang sudah sulit ditemukan.
Blog khusus berperan sebagai pusat dokumentasi yang menyimpan cerita, sejarah band, scan artikel zine, lirik, dan foto-foto era tersebut. Platform ini memungkinkan regenerasi penikmat, dimana generasi baru dapat menemukan dan mengapresiasi karya-karya jadul tersebut.
Mereka juga menciptakan komunitas online baru bagi para pencinta musik lawas untuk berinteraksi dan berbagi kenangan. Upaya ini memastikan bahwa warisan kreativitas bawah tanah dengan segala energi mentah dan kejujuannya tidak terlupakan oleh zaman.
Tantangan dalam Melestarikan Karya yang Hilang
Arsip digital memainkan peran krusial dalam menyelamatkan memori kolektif dari band indie lama dan musik lokal lawas “Nada Zaman Dulu & Arsip Band Lokal Jadul Semua Genre”. Karya-karya yang lahir dari semangat do-it-yourself era 2000-an ini, yang terancam punah dalam format fisiknya, menemukan kehidupan baru dan keabadian dalam bentuk digital.
Kanal YouTube dan blog khusus telah menjadi pilar utama dalam misi penyelamatan ini. Mereka berfungsi sebagai museum dan perpustakaan virtual yang tidak hanya mengumpulkan tetapi juga mengkurasi memori musik tersebut. Kanal YouTube menjadi pusat penyimpanan untuk audio visual seperti video klip lawas, rekaman konser, dan lyric video yang sudah sulit ditemukan.
Blog khusus berperan sebagai pusat dokumentasi yang menyimpan cerita, sejarah band, scan artikel zine, lirik, dan foto-foto era tersebut. Platform ini memungkinkan regenerasi penikmat, dimana generasi baru dapat menemukan dan mengapresiasi karya-karya jadul tersebut.
Mereka juga menciptakan komunitas online baru bagi para pencinta musik lawas untuk berinteraksi dan berbagi kenangan. Upaya ini memastikan bahwa warisan kreativitas bawah tanah dengan segala energi mentah dan kejujuannya tidak terlupakan oleh zaman.
Daftar Band dan Rekomendasi Lagu
Dunia musik Indonesia era 2000-an menyimpan harta karun band indie legendaris dari semua genre yang merajai lokal scene dengan suara khasnya. Dari gemuruh rock, energi punk yang memberontak, hingga eksperimen elektronik yang futuristik, setiap band jadul ini mengukir sejarahnya sendiri di luar jalur mainstream. Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi daftar band dan rekomendasi lagu dari “Nada Zaman Dulu & Arsip Band Lokal Jadul”, menyingkap karya-karya yang diabadikan melalui demo tape dan distribusi terbatas, menjadi fondasi otentik landscape musik alternatif Indonesia yang kaya dan beragam.
Daftar Band Penting untuk Dieksplorasi
Dunia musik Indonesia era 2000-an menyimpan harta karun band indie legendaris dari semua genre yang merajai lokal scene dengan suara khasnya. Dari gemuruh rock, energi punk yang memberontak, hingga eksperimen elektronik yang futuristik, setiap band jadul ini mengukir sejarahnya sendiri di luar jalur mainstream.
-
The Upstairs: Band asal Bandung ini menggabungkan elemen rock alternatif, pop, dan elektronika. Rekomendasi lagu: “Bukan Bandung di Waktu Malam”, “Dilema”, dan “Selamat Tinggal”.
-
Mocca: Beraliran indie pop dengan sentuhan jazz dan retro. Rekomendasi lagu: “I Remember”, “My Diary”, dan “Twist of Love”.
-
White Shoes & The Couples Company: Perpaduan elegan antara pop lounge, jazz, dan disko era 70-an. Rekomendasi lagu: “Senandung Maaf”, “Viva Viva”, dan “Kucing”.
-
Homogenic: Pionir elemen elektronika gelap, post-punk, dan industrial. Rekomendasi lagu: “Kami Telah Tiba”, “Tarian”, dan “Suara”.
-
Superman Is Dead (SID): Ikon genre punk rock yang paling berpengaruh dari Bali. Rekomendasi lagu: “Kuta Rock City”, “Sunset di Tanah Anarki”, dan “Punk Hari Ini”.
-
Marjinal: Mengusung genre street punk/hardcore dengan kritik sosial yang blak-blakan. Rekomendasi lagu: “Bunga”, “Berkarya dan Merdeka”, dan “Jangan Menyerah”.
Lagu-Lagu Iconic yang Wajib Didengarkan
Dunia musik Indonesia era 2000-an menyimpan harta karun band indie legendaris dari semua genre yang merajai lokal scene dengan suara khasnya. Dari gemuruh rock, energi punk yang memberontak, hingga eksperimen elektronik yang futuristik, setiap band jadul ini mengukir sejarahnya sendiri di luar jalur mainstream.
-
The Upstairs: Band asal Bandung ini menggabungkan elemen rock alternatif, pop, dan elektronika. Rekomendasi lagu: “Bukan Bandung di Waktu Malam”, “Dilema”, dan “Selamat Tinggal”.
-
Mocca: Beraliran indie pop dengan sentuhan jazz dan retro. Rekomendasi lagu: “I Remember”, “My Diary”, dan “Twist of Love”.
-
White Shoes & The Couples Company: Perpaduan elegan antara pop lounge, jazz, dan disko era 70-an. Rekomendasi lagu: “Senandung Maaf”, “Viva Viva”, dan “Kucing”.
-
Homogenic: Pionir elemen elektronika gelap, post-punk, dan industrial. Rekomendasi lagu: “Kami Telah Tiba”, “Tarian”, dan “Suara”.
-
Superman Is Dead (SID): Ikon genre punk rock yang paling berpengaruh dari Bali. Rekomendasi lagu: “Kuta Rock City”, “Sunset di Tanah Anarki”, dan “Punk Hari Ini”.
-
Marjinal: Mengusung genre street punk/hardcore dengan kritik sosial yang blak-blakan. Rekomendasi lagu: “Bunga”, “Berkarya dan Merdeka”, dan “Jangan Menyerah”.